SIKLUS HIDROLOGI
Siklus air
atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak
pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali
ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut yang berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet)
Pengertian
Hidrologi
adalah cabang Geografi Fisis yang berurusan dengan air di bumi, sorotan khusus
pada propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan. Khususnya mempelajari
kejadian air di daratan, deskripsi pengaruh bumi terhadap air, pengaruh fisik
air terhadap daratan, dan mempelajari hubungan air dengan kehidupan di bumi.
(Linsley et al, 1949)
Ruang
lingkup hidrologi mencakup :
- pengukuran,
mencatat, dan publikasi data dasar.
- deskripsi
propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan.
- analisa
data untuk mengembangkan teori-teori pokok yang ada pada hidrologi.
- aplikasi
teori-teori hidrologi untuk memecahkan masalah praktis.
Hidrologi
bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi ada hubungan dengan ilmu lain,
seperti meteorologi, klimatologi, geologi, agronomi kehutanan, ilmu tanah, dan
hidrolika.
Menurut The International Association of Scientific Hydrology, hidrologi dapat dibagi menjadi :
Menurut The International Association of Scientific Hydrology, hidrologi dapat dibagi menjadi :
- Potamologi
(Potamology), khusus mempelajari aliran permukaan (surface streams)
- Limnologi
(Limnology), khusus mempelajari air danau
- Geohidrologi
(Geohydrology), khusus mempelajari air yang ada di bawah permukaan tanah
(mempelajari air tanah = groundwater)
- Kriologi
(Cryology), khusus mempelajari es dan salju
- Hidrometeorologi
(Hydrometeorology), khusus mempelajari problema-problema yang ada diantara
hidrologi dan meteorologi.
Ruang Lingkup Hidrologi
Hidrologi
hutan merupakan suatu ilmu fenomena yang berkaitan dengan air yang dipengaruhi
oleh penutupan hutan. Sesuai dengan batasan subyek yang ada yaitu hidrologi
hutan maka bahasan selanjutnya merupakan hidrologi terapan dengan lingkup
operasionalnya adalah daerah aliran sungai terutama yang bervegetasi hutan atau
yang dapat berfungsi sebagai vegetasi hutan serta daerah yang dipengaruhi oleh
kawasan tersebut.
Macam-Macam
dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi
a.
Siklus Pendek / Siklus Kecil
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan
3. Turun hujan di permukaan laut
b. Siklus Sedang
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Terjadi kondensasi
3. Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat
4. Pembentukan awan
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Terjadi kondensasi dan pembentukan awan
3. Turun hujan di permukaan laut
b. Siklus Sedang
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Terjadi kondensasi
3. Uap bergerak oleh tiupan angin ke darat
4. Pembentukan awan
5.
Turun hujan di permukaan daratan
6. Air mengalir di sungai menuju laut kembali
6. Air mengalir di sungai menuju laut kembali
c. Siklus Panjang / Siklus Besar
1. Air laut menguap menjadi uap gas karena panas matahari
2. Uap air mengalami sublimasi
3. Pembentukan awan yang mengandung kristal es
4. Awan bergerak oleh tiupan angin ke darat
5. Pembentukan awan
6. Turun salju
7.
Pembentukan gletser
8. Gletser mencair membentuk aliran sungai
9. Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut
8. Gletser mencair membentuk aliran sungai
9. Air mengalir di sungai menuju darat dan kemudian ke laut
Model
Sederhana Siklus Hidrologi
Pengenalan Istilah-istilah Hidrologi
a. Presipitasi
Hujan
(presipitasi) merupakan masukan utama dari daur hidrologi dalam DAS. Dampak
kegiatan pembangunan terhadap proses hidrologi sangat dipengaruhi intensitas,
lama berlangsungnya, dan lokasi hujan. Karena itu perencana dan pengelola DAS
harus memperhitungkan pola presipitasi dan sebaran geografinya.
b. Intersepsi
Hujan
yang jatuh di atas tegakan pohon sebagian akan melekat pada tajuk daun maupun
batang, bagian ini disebut tampungan/simpanan intersepsi yang akhirnya segera
menguap. Besar kecilnya intersepsi dipengaruhi oleh sifat hujan (terutama
intensitas hujan dan lama hujan), kecepatan angin, jenis pohon (kerapatan tajuk
dan bentuk tajuk). Simpanan intersepsi pada hutan pinus di Italia utara sekitar
30% dari hujan (Allewijn, 1990). Intersepsi tidak hanya terjadi pada tajuk daun
bagian atas saja, intersepsi juga terjadi pada seresah di bawah pohon.
Intersepsi akan mengurangi hujan yang menjadi run off.
c. Throughfall, Crown drip, Steamflow
Hujan
yang jatuh di atas hutan ada sebagian yang dapat jatuh langsung di lantai hutan
melalui sela-sela tajuk, bagian hujan ini disebut throughfall. Simpanan
intersepsi ada batasnya, kelebihannya akan segera tetes sebagai crown drip.
Steamflow adalah aliran air hujan yang lewat batang, besar kecilnya stemflow
dipengaruhi oleh struktur batang dan kekasaran kulit batang pohon.
I =
Infiltrasi
PL = perkolasi
Eo = evaporasi
SF = steamflow
TF = throughflow
Pg = gross precipitation
T = transpiration
drip = crowndrip
PL = perkolasi
Eo = evaporasi
SF = steamflow
TF = throughflow
Pg = gross precipitation
T = transpiration
drip = crowndrip
d. Infiltrasi dan Perkolasi
Proses
berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal dengan infiltrasi,
sedang perkolasi adalah proses bergeraknya air melalui profil tanah karena
tenaga gravitasi. Laju infiltrasi dipengaruhi tekstur dan struktur, kelengasan
tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu.
e. Kelengasan Tanah
Kelengasan
tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori-pori tanah.
Kelengasan tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui
permukaan tanah, transpirasi, dan perkolasi. Pada saat kelengasan tanah dalam
keadaan kondisi tinggi, infiltrasi air hujan lebih kecil daripada saat
kelengasan tanah rendah. Kemampuan tanah menyimpan air tergantung dari
porositas tanah.
f. Simpanan Permukaan (Surface Storage)
Simpanan
permukaan ini terjadi pada depresi-depresi pada permukaan tanah, pada perakaran
pepohonan atau di belakang pohon-pohon yang tumbang. Simpanan permukaan
menghambat atau menunda bagian hujan ini mencapai limpasan permukaan dan
memberi kesempatan bagi air untuk melakukan infiltrasi dan evaporasi.
g. Runoff Runoff
Adalah
bagian curahan hujan (curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan kehilangan air
lainnya) yang mengalir dalam air sungai karena gaya gravitasi; airnya berasal
dari permukaan maupun dari subpermukaan (sub surface). Runoff dapat dinyatakan
sebagai tebal runoff, debit aliran (river discharge) dan volume runoff.
Komponen
Runoff
Runoff
terdiri dari beberapa komponen :
h. Limpasan Permukaan (Surface Runoff)
Limpasan
permukaan (Surface Runoff) adalah bagian curah hujan setelah dikurangi dengan
infiltrasi dan kehilangan air lainnya. Limpasan permukaan ini berasal dari
overlandflow yang segera masuk ke dalam alur sungai. Aliran ini merupakan
komponen aliran banjir yang utama.
i. Aliran Bawah Permukaan (Subsurface
Runoff)
Aliran
bawah permukaan merupakan bagian dari presipitasi yang mengalami infiltrasi
dalam tanah yang kemudian mengalir di bawah permukaan tanah dan menuju alur
sungai sebagai rembesan maupun mata air.
Kelembaban
udara
Kelembaban
udara adalah tingkat kebasahan
udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan
uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara
dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun
dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah
menjadi titik-titik air. Udara yan mengandung uap air sebanyak yang dapat
dikandungnya disebut udara jenuh.
Kelembapan [1] adalah
konsentrasi uap air di udara. Angka
konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan
spesifik atau kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut higrometer. Sebuah humidistat digunakan
untuk mengatur tingkat kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah
pengawalembap (dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu
udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan
suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3%
pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0 °C
(32 °F).
Macam-macam kelembaban udara sebagai berikut :
Macam-macam kelembaban udara sebagai berikut :
1) Kelembaban relatif / Nisbi
Kelembaban
relatif / Nisbi yaitu perbandingan jumlah
uap air di udara dengan yang terkandung di udara pada suhu yang sama. Misalnya
pada suhu 270C, udara tiap-tiap 1 m3 maksimal dapat
memuat 25 gram uap air pada suhu yang sama ada 20 gram uap air,maka lembab
udara pada waktu itu sama dengan
20 x 100 % = 80 %
25
2) Kelembaban absolut / mutlak
20 x 100 % = 80 %
25
2) Kelembaban absolut / mutlak
Kelembaban
absolut / mutlak yaitu
banyaknya uap air dalam gram pada 1 m3.
Contoh : 1 m3 udara suhunya 250 C terdapat 15 gram uap air maka kelembaban mutlak = 15 gram. Jika dalam suhu yang sama , 1 m3 udara maksimum mengandung 18 gram uap air, maka
Kelembaban relatifnya = 15/18 X 100 % = 83,33 %.
Contoh : 1 m3 udara suhunya 250 C terdapat 15 gram uap air maka kelembaban mutlak = 15 gram. Jika dalam suhu yang sama , 1 m3 udara maksimum mengandung 18 gram uap air, maka
Kelembaban relatifnya = 15/18 X 100 % = 83,33 %.
METODE PENGUKURAN CURAH
HUJAN
1. Metode Aritmatik
Metode ini
menggunakan perhitungan curah hujan wilayah dengan merata-ratakan semua jumlah
curah hujan yang ada pada wilayah tersebut. Adapun rumus yang digunakan seperti
berikut :
Dimana :
R= curah hujan rata-rata wilayah atau daerah
Ri= curah hujan di stasiun pengamatan ke-i
n = jumlah stasiun
pengamatanIII.
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana
yaitu hanya dengan membagi rata pengukuran pada semua stasiun hujan dengan jumlah
stasiun dalam wilayah tersebut. Sesuai dengan kesederhanaannya maka cara ini
hanya disarankan digunakan untuk wilayah yang relatif mendatar dan memiliki
sifat hujan yang relatif homogen dan tidak terlalu kasar.
2. Metode poligon Thiessen
Metode ini
dapat dilakukan pada daerah yang mempunyai distribusi penakar hujan yang
tidak seragam, dengan selalu mempertimbangkan luas daerah pengaruh dari
masing-masing penakar. Pada cara ini, dianggap bahwa data curah hujan di suatu
tempat pengamatan dapat dipakai untuk daerah pengaliran disekitar tempat
itu. Curah hujn wilayah dihitung dengan menggunakan rumus :
Dimana :
R = Curah hujan rata-rata wilayah
iA = luas wilayah pengaruh dari stasiun
pengamatanke-i
.A = Luas
total wiayah pengamatan
CURAH
HUJAN
Curah hujan adalah: jumlah
air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur
dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi
evaporasi, runoff dan infiltrasi. Satuan CH adalah mm, inch.
terdapat beberapa cara mengukur curah hujan:
terdapat beberapa cara mengukur curah hujan:
•
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan
suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pemanfaatan air dan rancangan
pengendalian banjir adalah cueah hujan rata-rata diseluruh daerah yang
bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini
disebut curah hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm. Curah hujan daerah
ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Studi yang
dilakukan untuk menganalisis curah hujan ini dilakukan pada stasiun Bronggang,
Godean, Seyegan, dan Beran.
•
Data curah hujan sangat diperlukan dalam
setiap analisis hidrologi, terutama untuk menghitung debut banjir rencana baik
secara empiris maupun model matematik. Hal tersebut disebabkan karena data debit
untuk selang waktu pengamatan yang cukup panjang belum dapat diperoleh atau
tidak ada
Faktor Pengaruh
Permasalahan yang sering dihadapi dalam pelaksanaan pengukuran
curah hujan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
•
Ketersediaan data yang sangat terbatas
•
Pengujian kualitas curah hujan
•
Manfaat data curah hujan dalam hidrologi dan
sumber daya air
SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang
terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan
tersebut di suatu tempat
Sifat hujan dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu :
•
Atas Normal ( A )
Jika nilai perbandingan terhadap rata-ratanya lebih besar dari 115 %
Jika nilai perbandingan terhadap rata-ratanya lebih besar dari 115 %
•
Normal ( N )
Jika nilai perbandingan terhadap rata-ratanya antara 85 % – 115 %
Jika nilai perbandingan terhadap rata-ratanya antara 85 % – 115 %
•
Bawah Normal ( BN )
Jika nilai perbandingan terhadap rata-ratanya kurang dari 85 %
Jika nilai perbandingan terhadap rata-ratanya kurang dari 85 %
NORMAL CURAH
HUJAN
•
Rata-rata Curah Hujan Bulanan
Rata-rata Curah Hujan Bulanan adalah nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
Rata-rata Curah Hujan Bulanan adalah nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
•
Normal Curah Hujan Bulanan
Normal Curah Hujan Bulanan adalah nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
Normal Curah Hujan Bulanan adalah nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
•
Standar Normal Curah Hujan Bulanan
Standar Normal Curah Hujan Bulanan adalah nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun, dimulai dari tahun 1901 s/d 1930, 1931 s/d 1960, 1961 s/d 1990 dan seterusnya
Standar Normal Curah Hujan Bulanan adalah nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun, dimulai dari tahun 1901 s/d 1930, 1931 s/d 1960, 1961 s/d 1990 dan seterusnya
Pengukuran
Curah Hujan
•
1.Metode rata-rata hitung
Metode ini ditentukan dengan cara
menjumlahkan tinggi hujan dari semua tempat pengukuran selama kala tertentu,
dibagi dengan jumlah pos pengukuran, metode ini sebaiknya dipakai pada daerah
yang datar, pos hujan banyak dan sifat hujannya merata.
•
2. Metode thiesen
Metode ini ditentukan dengan cara
membuat poligon antar pos hujan pada suatu wilayah DAS kemudian tinggi hujan
rata-rata daerah dihitung dari jumlah perkalian antara tiap-tiap luas poligon
dan tinggi hujannya dibagi dengan luas seluruh DAS, metode ini cocok untuk
menentukan tinggi hujan rata-rata, apabila pos hujannya tidak merata
•
3. Metode isohiet
Metode ini ditentukan dengan cara
menggunakan peta garis kontur hujan daerah dan tinggi hujan rata-rata DAS
dihitung dari jumlah perkalian tinggi hujan rata-rata diantara garis isohiet
dengan luas antara kedua garis isohiet tersebut dibagi luas seluruh DAS, metode
ini cocok untuk daerah pegunungan dan yang berbukit-bukit
Tiga Pola Curah Hujan Indonesia
•
Pembagian pola iklim menjadi tiga daerah di
Indonesia berikut ini berdasarkan metode korelasi ganda. Pembagian pola iklim
ini saya ambil dari disertasi Dr.Edvin Aldrian.
•
BMG Berdasarkan distribusi data rata-rata
curah hujan bulanan, umumnya wilayah Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) pola
hujan, yaitu:
•
1. Pola hujan monsun, yang wilayahnya
memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim
kemarau kemudian dikelompokan dalam Zona Musim (ZOM), tipe curah hujan yang
bersifat unimodial (satu puncak musim hujan,DJF musim hujan,JJA musim kemarau).
•
2. Pola hujan equatorial, yang
wilayahnya memiliki distribusi hujan bulanan bimodial dengan dua puncak musim
hujan maksimum dan hampir sepanjang tahun masuk dalam kreteria musim hujan.
Pola ekuatorial dicirikan oleh tipe curah hujan dengan bentuk bimodial (dua
puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober atau pada saat
terjadi ekinoks.
•
3. Pola hujan lokal, yang wilayahnya
memiliki distribusi hujan bulanan kebalikan dengan pola monsun. Pola lokal
dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodial (satu puncak hujan), tetapi
bentuknya berlawanan dengan tipe hujan monsun
Pola umum curah hujan di Indonesia
antara lain dipengaruhi oleh letak geografis. Secara rinci pola umum hujan di
Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pantai sebelah barat
setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada pantai sebelah
timur.
2Curah hujan di
Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur. Sebagai
contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh
selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat
3.Curah
hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak
umumnya berada pada ketinggian antara 600 – 900 m di atas permukaan laut.
4.Di daerah
pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba. Demikian juga
halnya di daerah-daerah rawa yang besar.
5.Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.
6.Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti:
1) Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada bulan November.
2) Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan Desember.
3) Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari – Februari
1) Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada bulan November.
2) Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan Desember.
3) Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari – Februari
5.Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.
6.Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti:
1) Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada bulan November.
2) Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan Desember.
3) Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari – Februari
1) Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada bulan November.
2) Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan Desember.
3) Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari – Februari
Klasifikasi iklim :
Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim.
Unsur iklim
yang sering dipakai adalah
1.suhu
2. curah hujan
(prestisipasi )
Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas
tujuan penggunaannya, misalnya
Untuk
Pertanian
Penerbangan
kelautan
Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur
iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang
berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam
bidang-bidang tersebut
Tujuan Klasifikasi Iklim
menetapkan
pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif
terutama presipitasi dan suhu, Unsur lain seperti :
1.angin
2.sinar matahari
3.perubahan
tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif dan tujuan khusus
Macam-macam klasifikasi iklim :
Berdasarkan
Cara Penentuan Kriteria Klasifikasinya, maka
klasifikasi iklim dapat dibagi menjadi :
1. Klasifikasi Iklim Secara Genetik
2. Klasifikasi Iklim Secara Empirik
Faktor-faktor Iklim Penyebab Klasifkasi iklim secara genetik :
1. Aliran massa udara
2. Zona-zona angin
3. Benua dan lautan
4. Perbedaan penerimaan radiasi surya
1. Klasifikasi Iklim Secara Genetik
A. Klasifikasi iklim menurut daerah penerimaan radiasi surya klasifikasi
iklim menurut ahli yunani kuno ( yang pertama & paling sederhana ), membagi bumi menjadi 5
wilayah :
Tropika
2 iklim subtropika
2 iklim kutub
No comments:
Post a Comment