Tuesday, 2 September 2014

Budidaya kacang panjang dan Buncis

foto: buncis

foto : kacang panjang





Budidaya kacang panjang
Syarat pertumbuhan
tanaman tumbuh baik pada tanah latosol / lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik, ph sekitar 5,5-6,5. Suhu antara 20-30 derajat celcius, iklimnya

kering, curah hujan antara 600-1.500 mm/tahun dan ketinggian optimum kurang dari 800 m dpl.

Pembibitan
- benih kacang panjang yang baik dan bermutu adalah sebagai berikut: penampilan bernas/kusam, daya kecambah tinggi di atas 85%, tidak rusak/cacat, tidak mengandung wabah hama dan penyakit. Keperluan benih untuk 1 hektar antara 15-20 kg.
- benih tidak usah disemaikan secara khusus, tetapi benih langsung tanam pada lubang tanam yang sudah disiapkan.

Pengolahan media tanam
- bersihkan lahan dari rumput-rumput liar, dicangkul/dibajak hingga tanah menjadi gembur.
- buatlah bedengan dengan ukuran lebar 60-80 cm, jarak antara bedengan 30 cm, tinggi 30 cm, panjang tergantung lahan. Untuk sistem guludan lebar dasar 30-40 cm dan lebar atas 30-50 cm, tinggi 30 cm dan jarak antara guludan 30-40 cm
- lakukan pengapuran jika 


ph tanah lebih rendah dari 5,5 dengan dolomit sebanyak 1-2 ton/ha dan campurkan secara merata dengan tanah pada kedalaman 30 cm
- siramkan pupuk poc nasa yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1 botol (500 cc) poc nasa diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m2(10 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan super nasa, cara penggunaannya sebagai berikut:
alternatif 1 : 1 botol super nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan super nasa untuk menyiram 10 meter bedengan.

Teknik penanaman
- jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50 cm, 40 x 60 cm, 30 x 40 cm. Dan jarak tanam tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm.
- waktu tanam yang baik adalah awal musim kemarau/awal musim penghujan, tetapi dapat saja sepanjang musim asal air tanahnya memadai
- benih direndam poc nasa dosis 2 tutup/liter selama 0,5 jam lalu tiriskan
- benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2 biji, tutup dengan tanah tipis/dengan abu dapur.

Penyulaman
benih kacang panjang akan tumbuh 3-5 hari setelah tanam. Benih yang tidak tumbuh segera disulam.

Penyiangan
penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2-3 minggu setelah tanam, tergantung pertumbuhan rumput di kebun. Penyiangan dengan cara mencabut rumput liar/membersihkan dengan alat kored.


Pemangkasan / perempelan
kacang panjang yang terlalu rimbun perlu diadakan pemangkasan daun maupun ujung batang. Tanaman yang terlalu rimbun dapat menghambat pertumbuhan bunga.

Pemupukan
dosis pupuk makro sebagai berikut:
Waktu
Dosis pupuk makro (per ha)
Urea (kg)
Sp-36 (kg)
Kcl (kg)
Dasar
50
75
25
Umur 45 hari
50
25
75
Total
100
100
100

catatan : atau sesuai rekomendasi setempat.
Pupuk diberikan di dalam lubang pupuk yang terletak di kiri-kanan lubang tanam. Jumlah pupuk yang diberikan untuk satu tanaman tergantung dari jarak tanam
poc nasa diberikan 1-2 minggu sekali semenjak tanaman berumur 2 minggu, dengan cara disemprotkan (4-8 tutup poc nasa/tangki). Kebutuhan total poc nasa untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan poc nasa ditambahkan hormonik (3-4 tutup poc nasa + 1 tutup hormonik/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan (dapat disiramkan dengan dosis + 2 tutup/10 liter air ).

Pengairan
pada fase awal pertumbuhan benih hingga tanaman muda, penyiraman dilakukan rutin tiap hari. Pengairan berikutnya tergantung musim.

Pengelolaan hama dan penyakit
a. Lalat kacang (ophiomya phaseoli tryon)
gejala: terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun, pertumbuhan tanaman yang terserang terhambat dan daun berwarna kekuningan, pangkal batang terjadi perakaran sekunder dan membengkak. Pengendalian: dengan cara pergiliran tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan dan penyemprotan dengan pestona.

b. Kutu daun (aphis cracivora koch)
gejala: pertumbuhan terlambat karena hama mengisap cairan sel tanaman dan penurunan hasil panen. Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan berperan sebagai vektor virus. Pengendalian: dengan rotasi tanaman dengan tanaman bukan famili kacang-kacangan dan penyemprotan natural bvr

c. Ulat grayak (spodoptera litura f.)
Gejala: daun berlubang dengan ukuran tidak pasti, serangan berat di musim kemarau, juga menyerang polong. Pengendalian: dengan kultur teknis, rotasi tanaman, penanaman serempak, semprot natural vitura

d. Penggerek biji (callosobruchus maculatus l)
gejala: biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai 90%. Pengendalian: dengan membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat persembunyian hama. Benih kacang panjang diberi perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji.

E. Ulat bunga ( maruca testualis)
gejala: larva menyerang bunga yang sedang membuka, kemudian memakan polong. Pengendalian: dengan rotasi tanaman dan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman. Disemprot dengan pestona

f. Penyakit antraknose ( jamur colletotricum lindemuthianum )
gejala serangan dapat diamati pada bibit yang baru berkecamabah, semacam kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keping biji. Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perlakuan benih sebelum ditanam dengan natural glio dan poc nasa dan membuang rumput-rumput dari sekitar tanaman.

Panen dan pasca penen
- ciri-ciri polong siap dipanen adalah ukuran polong telah maksimal, mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol
- waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman siap panen 3,5-4 bulan
- cara panen pada tanaman kacang panjang tipe merambat dengan memotong tangkai buah dengan pisau tajam.
- selepas panen, polong kacang panjang dikumpulkan di tempat penampungan, lalu disortasi
- polong kacang panjang diikat dengan bobot maksimal 1 kg dan siap dipasarkan.


Hasil pengamatan :
Bedengan 1
Bedengan 2


K.panjang
K.panjang
1.t# 130 daun#55 d#1,3
1.t#192 daun#54 k#1,2
2. T#115 daun#47 d#1,6
2. T#104 daun#26 k#1,1
3.t#153 daun#43 d#1.
3.t#173 daun#36 k#1.4
4.t#183 daun#55 k#1,3
4.t#172 daun#34 k#1.4
5.t#192 daun#63 k#1,6
5.t#181 daun#53 k#1,4
6.t#177 daun#41 k#1,3
6.t#173 daun#47 k#1,3
7.t#124 daun#39 k#1,2
7.t#114 daun#34 k#1,3
8.t#171 daun#48 k#1,4
8.t#171 daun#43 k#1,2
9.t#125 daun#34 k#1,1
9.t#122 daun#33 k#1,3
10.t#130 daun#32 k#1,3
10.t#188 daun#51 k#1,5









Budidaya buncis
1.Pendahuluan
buncis (dari bahasa belanda, boontjes, phaseolus vulgaris l.) Merupakan sejenis polong-polongan yang dapat dimakan. Buah, biji, dan daunnya dimanfaatkan orang sebagai sayuran. Sayuran ini kaya dengan kandungan protein. Ia dipercaya berasal dari amerika tengah dan amerika selatan. Buncis adalah sayur yang kaya dengan protein dan vitamin ini membantu menurunkan tekanan darah serta mengawal metabolisme gula dalam darah dan amat sesuai dimakan oleh mereka yang mengidap penyakit diabetes atau hipertensi. Kandungan serat dan enzim yang tinggi dapat membantu penurunan berat badan. Kacang buncis tumbuh melilit, mempunyai akar tunggang dan sisi yang panjang dan memerlukan tiang untuk memanjat.

 II. Syarat tumbuh kacang buncis

2.1. syarat tumbuh
Tanah tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik bila ditanam di dataran tinggi, yaitu sekitar 1.000 - 1.500 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah yang cocok adalah andosol dan regosol karena mempunyai drainase yang baik. Tanah andosol hanya terdapat di daerah pegunungan yang mempunyai iklim sedang dengan curah hujan di atas 2500 mm/tahun.

Tanah andosol mempunyai ciri berwarna hitam, kandungan bahan organiknya tinggi, bertekstur lempung sampai debu, remah, gembur, dan permeabilitasnya sedang. Tanah regosol biasanya berwarna kelabu, cokelat, dan kuning, bertekstur pasir sampai berbutir tunggal dan permeabel. Derajat keasaman (ph) yang optimal untuk pertumbuhan tanaman buncis adalah 5,5 - 6.

 2.2. Iklim

a. Curah hujan
tanaman buncis dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan 1.500 - 2.500 mm per tahun. Tanaman ini paling baik ditanam pada akhir musim kemarau (menjelang musim hujan) atau akhir musim hujan (menjelang musim kemarau). Pada saat peralihan, air hujan tidak begitu banyak sehingga sangat cocok untuk fase pertumbuhan awal tanaman buncis, fase pengisian, dan pemasakan polong. Pada fase tersebut dikhawatirkan terjadi serangan penyakit bercak bila curah hujan terlalu tinggi.


b. Suhu
suhu udara yang paling baik untuk pertumbuhan buncis adalah 20 - 25°c. Pada suhu kurang dari 20 °c tanaman tidak dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik, akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan jumlah polong yang dihasilkan akan sedikit. Sebaliknya, pada suhu udara yang lebih tinggi dari 25 °c banyak polong yang hampa. Hal ini terjadi karena proses pernapasan (respirasi) lebih besar daripada proses fotosintesis pada suhu tinggi.




c. Cahaya
cahaya matahari diperlukan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Umumnya tanaman buncis membutuhkan cahaya matahari yang besar atau sekitar 400 - 800 footcandles. Oleh karena itu, tanaman buncis termasuk tanaman yang tidak membutuhkan naungan. D.kelembaban udara kelembapan udara yang diperlukan tanaman buncis sekitar 50 - 60 % (sedang). Kelembapan ini agak sulit diukur, tetapi dapat diperkirakan dari lebat dan rimbunnya tanaman. Kelembapan yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi terhadap tingginya serangan hama dan penyakit. Beberapa jenis aphis (kutu) dapat berkembang biak dengan cepat pada kelembapan 70 - 80 %.


III. Budidaya tanaman buncis
secara umum, budidaya tanaman buncis meliputi persiapan benih, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan panen.


A. Persiapan benih
benih yang digunakan untuk penanaman buncis harus benih yang baik, yaitu berasal dari tanaman induk yang baik pula. Benih yang baik memenuhi persyaratan tertentu, antara lain mempunyai daya tumbuh minimal 80 %, bentuknya utuh, bernah, warna mengkilat, tidak bernoda cokelat terutama pada mata bijinya, bebas dari hama dan penyakit, seragam, tidak tercampur dengan varietas lain, dan bersih dari kotoran.

Benih yag baik mempunyai daya tumbuh yang tinggi, dapat disimpan lama, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tumbuh cepat dan seragam, serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi tinggi. C
°agar benih dapat disimpan lama maka perlu disimpan pada suhu -18 - 0  dengan kelembapan relatif 50 - 60%. Kandungan air benih juga sangat menentukan terhadap daya simpan benih. Kandungan air yang baik untuk benih sekitar 14 %. Bila persyaratan di atas sudah terpenuhi maka daya simpan benih dapat mencapai 3 tahun.

B. Pengolahan lahan
kegiatan pengolahan tanah dilakukan dengan cara membajak atau mencangkul tanah sedalam 20 - 30 cm. Untuk tanah-tanah berat pencangkulan dilakukan sebanyak dua kali dengan jangka waktu 2 - 3 minggu, sedangkan untuk tanah-tanah ringan pencangkulan cukup dilakukan satu kali saja. Untuk memudahkan kegiatan pemeliharaan perlu dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran panjang 5 m, lebar 1 m, dan tinggi 20 cm. Jarak antar bedengan 40 - 50 cm. Untuk areal yang tidak begitu luas, misalnya lahan pekarangan, tidak perlu dibuat bedengan tetapi cukup berupa guludan selebar 20 cm, panjang 5 m, tinggi 10 - 15 cm, dan jarak antar guludan 70 cm. Untuk meningkatkan kesuburan tanah dapat dilakukan pemupukan dengan pemberian pupuk kandang atau kompos sebanyak 15 - 20 kg/10 m2.

Pemberian pupuk kandang dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah agar lebih gembur, aerasinya baik, dan drainase optimal. Pupuk anorganik sebagai pupuk dasar dapat diberikan berupa urea, tsp, dan kcl masing-masing sebanyak 200 kg, 600 kg, dan 120 kg untuk tiap hektar atau masing-masing 2 gram, 6 gram, dan 1,2 gram untuk tiap tanaman. Cara menempatkan pupuk kandang maupun pupuk anorganik adalah dengan menaburkan di sepanjang larikan.


C. Penanaman
buncis ditanam dengan pola pagar atau barisan karena penanamannya dilakukan pada bedengan atau guludan. Pada pola ini, jarak antar tanaman lebih sempit dibandingkan antar barisan. Dengan pola ini akan lebih memudahkan dalam proses pekerjaan selanjutnya, seperti pengairan, pemupukan, pembumbunan, dan panen. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 x 50 cm, baik untuk tanah datar maupun tanah miring. Bila kesuburan tanahnya tinggi, maka sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih sempit, yaitu 20 x 40 cm. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari timbuhnya gulma yang tinggi.

Penentuan jarak tanam ini harus benar-benar diperhatikan karena berhubungan dengan tersedianya air, hara, dan cahaya matahari. Setelah jarak tanam ditentukan, maka pekerjaan selanjutnya adalah membuat lubang tanam dengan cara ditugal. Agar lubang tanam yang dibuat dapat lurus, sebelumnya dapat diberi tanda dengan ajir, bambu, atau tali. Tempat yang diberi tanda tersebut yang ditugal. Kedalaman tugal 4 - 6 cm untuk tanah-tanah yang remah dan gembur, dan kedalaman 2 - 4 cm untuk jenis tanah liat. Hal ini disebabkan karena kandungan air pada tanah liat lebih tinggi sehingga dikhawatirkan benih membusuk sebelum berkecambah.

D. Pemeliharaan
kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, pengairan, pengguludan, pemasangan turus, pemangkasan, serta pengendalian hama dan penyakit.


1). Pemupukan
pemupukan dimaksudkan untuk memberikan tambahan unsur hara bagi tanaman, karena hara yang disediakan tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan tanaman. Berkurangnya ketersediaan hara dalam tanah disebabkan adanya proses erosi, pencucian, evaporasi (penguapan), atau diserap oleh tanaman. Pupuk yang diberikan terdiri dari pupuk organik dan pupuk kimia. Pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos dicampur dengan tanah bedengan sebanyak 15 - 20 kg/10 m2. Pupuk anorganik yang diberikan berupa urea, sp36, dan kcl masing-masing sebanyak 200 kg, 250 kg, dan 120 kg untuk tiap hektar.

2). Pengairan
pengairan perlu dilakukan apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau, terutama pada umur 1 - 15 hari setelah tanam. Bila penanaman dilakukan pada musim hujan, maka yang perlu diperhatikan adalah masalah pembuangan airnya. Kelebihan air dapat disalurkan melalui parit-parit yang telah dibuat diantara bedengan atau guludan.

3). Pengguludan
peninggian guludan atau bedengan dilakukan pada saat tanaman berumur kurang lebih 20 dan 40 hari dan lebih baik dilakukan pada saat musim hujan. Tujuannya adalah untuk memperbanyak akar, menguatkan tumbuhnya tanaman, dan memelihara struktur tanah.

4). Pemasangan turus atau lanjaran
pemasangan turus atau lanjaran dilakukan untuk budidaya buncis tipe merambat. Turus atau lanjaran dibuat dari bambu dengan ukuran panjang 2 m dan lebar 4 cm dan ditancapkan di dekat tanaman. Setiap dua batang turus yang berhadapan diikat menjadi satu pada bagian ujungnya, sehingga akan tampak lebih kokoh. Pelaksanaan pemasangan turus dapat dilakukan bersamaan dengan peninggian guludan yang pertama.

5). Pemangkasan
pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk memperbanyak ranting-ranting sehingga diperoleh buah yang lebih banyak. Pemangkasan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 5 minggu. Selain untuk memperbanyak ranting, pemangkasan juga ditujukan untuk mengurangi kelembapan sehingga dapat mengurangi perkembangan hama dan penyakit.

6). Pengendalian hama dan penyakit hama pada tanaman buncis:
a). Kumbang daun
 kumbang daun (henosepilachna signatipennis) termasuk ke dalam famili curculionadae. Bentuk tubuhnya oval, berwarna merah atau cokelat kekuning-kuningan, panjang antara 6 - 7 mm. Betina bertelur pada permukaan daun bagian bawah sebanyak 20 - 50 butir. Telur berwarna kuning, bentuknya oval, dan panjang 0,5 mm. Setelah 4 atau 5 hari larvanya akan keluar dan dapat memakan daun-daun buncis. Pupa berbentuk segi empat dan bergerombol pada daun, tangkai, atau batang. Setelah stadia larva adalah stadia dewasa (kumbang) yang sangat rakus memakan daun-daunan, dan hidupnya dapat mencapai lebih dari 3 bulan.

Tanaman inangnya bukan hanya jenis kacang-kacangan saja, tetapi juga mentimun, padi, jagung, kubis, dan tanaman lain dari famili solanaceae. Gejala serangan hama ini berupa lubag-lubang pada daun yang kadang-kadang tinggal kerangka atau tulang-tulang daunnya saja. Tanaman menjadi kerdil dan polong yang dihasilkan kecil-kecil. Pengendalian dapat dilakukan dengan membunuh telur, larva, maupun kumbangnya menggunakan tangan. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida lannate l dan lannate 25 wp, dengan konsentrasi 1,5 - 3 cc / liter air.

B). Penggerek polong
gejala berupa kerusakan pada polong yang masih muda, bijinya banyak yang keropos. Penyebab kerusakan adalah ulat etiella zinckenella yang termasuk ke dalam famili pyralidae. Selain menyerang buncis, ulat ini juga merusak tanaman kedelai, kacang panjang, orok-orok, dan lain-lain. Ngengat berukuran kecil kurang lebih 12 mm, sayap mukanya panjang dan berbentuk segitiga, sedangkan sayap belakangnya lebar dan berbentuk bulat. Warna sayap putih seperti perak pada bagian tepinya. Telur-telurnya sering ditempatkan pada bagian bawah kelopak buah.

Warna ulat hijau pucat kemudian berubah menjadi kemerah-merahan. Bentuk tubuhnya silindris dengan ukuran panjang 15 mm dan kepalanya berwarna hitam. Waktu yang diperlukan dari telur sampai berbentuk ngengat kurang lebih 40 hari. Pengendalian dapat dilakukan dengan penanaman secara serentak, karena hama ini ada sepanjang tahun. Penyemprotan secara kimia dapat dilakukan menggunakan insektisida atabron 50 ec dengan konsentrasi 12 - 15 cc/liter air.

C). Lalat kacang
gejala serangan berupa adanya lubang-lubang pada daun dengan arah tertentu, yaitu dari tepi daun menuju tangkai atau tulang daun. Gejala lebih lanjut berupa batang yang membengkok dan pecah, kemudian tanaman menjadi layu, berubah kuning, dan akhirnya mati dalam umur yang masih muda. Serangan disebabkan oleh lalat agromyza phaseoli yang termasuk ke dalam famili agromyzidae. Selain buncis, hama ini juga menyerang kacang panjang, kedelai, kecang hijau, dan kacang gude. Lalt betina mempunyai panjang tubuh sekitar 2,2 mm, sedangkan yang jantan hanya 1,9 mm. Satu ekor lalat betina dapat memproduksi telur sampai 95 butir.
 Telur dilatakkan pada keping-keping biji yang baru berkecambah, dekat dengan munculnya daun pertama.

Warna lalat hitam mengkilap, sedangkan antena dan tulang sayapnya berwarna cokelat muda. Pengendalian dilakukan sedini mungkin, yaitu pada saat pengolahan lahan. Setelah biji-biji buncis ditanam sebaiknya lahan langsung diberi penutup dari jerami atau daun pisang, dan penanaman dilakukan secara serentak. Penyemprotan insektisida dapat dilakukan pada saat buncis baru mulai tumbuh dengan menggunakan insektisida basminon 60 ec dan azodrin 60 ec. Penyemprotan dilakukan sebanyak 2-3 kali sampai umur tanaman 20 hari, tergantung berat ringannya serangan.

D). Kutu daun
gejala serangan akan lebih jelas terlihat pada tanaman yang masih muda. Bila serangannya hebat, maka pertumbuhannya menjadi kerdil dan batangnya memutar. Daun menjadi keriting dan kadang berwarna kuning. Penyebab serangan adalah aphis gossypii yang termasuk ke dalam famili aphididae. Sifatnya polifag dan kosmopolitan, yaitu dapat memakan segala macam tanaman dan tersebar di seluruh dunia. Tanaman inangnya bermacam-macam, antara lain kapas, semangka, kentang, cabai, terung, bunga sepatu, dan jeruk. Kutu berwarna hijau tua sampai hitam atau kuning cokelat. Kutu betina menjadi dewasa setelah 4 - 20 hari, setelah itu dapat menghasilkan kutu muda sebanyak 20 - 140 ekor. Karena hama ini dapat menghasilkan embun madu, maka sering dikerumuni semut. Kutu merusak bagian tanaman dengan cara menghisap cairan tanaman. Pengendalian dilakukan dengan memasukkan musuh alaminya, seperti lembing, lalat, dan jenis dari coccinellidae. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida rampage100 ec dengan konsentrasi 1 - 2 ml/liter air.

Penyakit pada tanaman buncis

a). Penyakit antraknosa
penyakit ini disebabkan oleh cendawan colletotrichum lindemuthianum yang termasuk ke dalam famili melanconiaceae. Bila cendawan ini telah masuk ke dalam biji maka dapat bertahan sampai biji tersebut berkecambah dan langsung aktif membentuk spora hingga akhirnya menginfeksi tanaman buncis dan tanaman lainnya. Penularannya dapat melalui percikan air hujan maupun serangga. Suhu lingkungan yang sangat mendukung pertumbuhan c. Bila suhu terlalu rendah maka cendawan akan
°cendawan adalah 22 - 34  dorman (memasuki fase istirahat) dan tahan di dalam tanah sampai beberapa tahun.

Gejala penyakit antraknosa berupa bercak-bercak kecil dengan bagian tepi berwarna cokelat dan batasnya kemerah-merahan, kemudian dapat melebar dengan garis tengah 1 cm. Bentuknya tidak beraturan dan antara satu dengan lainnya saling bersinggungan. Bila udara terlalu lembap akan ditemukan massa spora yang berwarna kemerah-merahan. Setelah itu bercak akan seperti luka bernanah. Bila menyerang biji maka setelah berkecambah akan terdapat bercak pada keeping atau hipokotilnya. Tanaman tua yang terserang akan berbecak hitam atau cokelat tua di seluruh batangnya dengan panjang 7 - 10 cm.

Bila menyerang tangkai atau tulang daun maka daun akan kelihatan layu. Demikian pula bila menyerang bunga, akan rontok sehingga tidak terbentuk polong. Untuk menghindari penyakit ini maka perlu dipilih benih yang benar-benar bebas dari penyakit. Selain itu dapat pula dilakukan perendaman benih dalam fungisida agrosid 50 sd sebelum ditanam.penyemprotan dengan fungisida pun dapat dilakukan.
B). Penyakit embun tepung
penyakit ini disebabkan oleh cendawan erysiphe polygoni yang termasuk ke dalam famili erysiphaceae. Spora dapat berkecambah membentuk hifa baru c dan kelembapan 70 - 80%. Penyebaran penyakit ini
°pada suhu 19 - 25  dapat terjadi melalui bantuan angin atau percikan air hujan. Penyakit ini hanya menyerang pada waktu udara panas. Gejala penyakit ditandai dengan adanya warna putih keabuan (kelihatan seperti kain beludru) paba bagian daun, batang, bunga, dan buah.

Apabila serangan pada bunga relatif ringan maka polong masih bisa terbentuk. Namun apabila serangannya berat dapat menggagalkan proses pembuahan, bunga menjadi kering dan akhirnya mati. Bila polong yang diserang maka polong tidak gugur, namun akan meninggalkan bekas luka berwarna cokelat suram sehingga menurunkan kualitas. Pengendalian dapat dilakukan dengan memotong bagian tanaman yang terserang kemudian membakarnya. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida acrobat 50 wp konsentrasi 0,5 - 1 g/liter air.

C). Penyakit layu
penyakit ini disebabkan oleh bakteri pseudomonas solanacearum yang termasuk ke dalam famili pseudomonadaceae. Selain menyerang buncis, penyakit ini juga menyerang tembakau, tomat, cabe, terung, kacang tanah, pisang, dan wijen. Bakteri ini hidup dalam tanah dan dapat bertahan beberapa bulan sampai beberapa tahun. Keadaan lingkungan yang mendukung c dengan kandungan air
°pertumbuhan bakteri adalah pada suhu 21 - 35  tanah yang tinggi. Penyebaran penyakit dapat melalui aliran air, tanaman yang dipindahkan, atau peralatan yang digunakan sewaktu pengolahan tanah. Gejala serangan ditandai dengan layunya tanaman, menguning, dan kerdil. Bila batang tanaman yang terserang dipotong melintang maka akan terlihat warna cokelat dan bila dipijit akan keluar cairan berwarna putih.

Kadang-kadang warna cokelat ini bisa sampai ke daun dan akar yang sakit pun akan berwarna cokelat. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan air yang terbebas dari penyakit pada saat menyiram tanaman. Tanah persemaian sebaiknya c atau dilakukan fumigasi dengan
°disterilisasi dengan air panas 100  methyl bromide. Penyemprtotan fungisda dapat dilakukan dengan agrept 20 wp dengan konsentrasi 0,5 - 1 g/liter air.

D). Penyakit bercak daun
penyakit ini disebabkan oleh cendawan cercospora canescens yang termasuk ke dalam famili dematiaceae. Sporanya dapat tersebar memalui air hujan, angin, serangga, alat-alat pertanian, dan manusia. Spora yang terdapat pada daun-daun tua yang gugur akan tetap hidup di dalam tanah, sehingga pada penanaman selanjutnya akan terdapat serangan yang sama. Spora yang terdapat dalam biji akan bertahan 2-3 tahun. Gejala serangan ditandai dengan adanya bercak-bercak kecil berwarna cokelat kekuning-kuningan. Lama kelamaan bercak akan melebar dan pada bagian tepinya terdapat pita berwarna kuning.

Akibat lebih lanjut, daun menjadi layu dan akhirnya gugur. Bila menyerang polong maka akan terlihat bercak berwarna kelabu dan biji yang terbentuk kurang padat dan ringan. Pengendalian dapat dilakukan dengan merendam benih dalam air panas c selama 30 menit lalu dibilas dengan air dingin dan
°dengan suhu 48  keringkan. Bila telah timbul gejala maka bagian yang terserang segera dipotong dan dibakar. Pengendalia secara kimia dilakukan dengan penyemprotan fungisida cabriotop 60 wg,polycom 80 wg


e). Penyakit hawar daun
penyakit ini disebabkan oleh bakteri xanthomonas campestris yang termasuk ke dalam famili pseudomonadaceae. Bakteri ini dapat berkembang c. Hidupnya dapat
°c dan suhu optimum 30 °pada suhu lebih dari 20  bertahan beberapa tahun didalam biji, tanah, dan sisa-sisa tanaman yang sakit. Proses masuknya bakteri melalui luka bekas gigitan serangga, saluran hidatoda pada tepi daun, stomata, dan akar tanaman. Gejala ditandai dengan adanya bercak kuning pada bagian tepi daun dan kemudian meluas menuju tulang daun tengah. Daun terlihat layu, kering, dan berwarna cokelat kekuning-kuningan.

Bila seranganya hebat, daun berwarna kuning seluruhnya dan akhirnya rontok. Gejala kemudian dapat meluas ke batang, dan lama kelamaan tanaman akan mati. Pengendalian dapat dilakukan dengan merendam benih dalam sublimat dengan dosis 1 g/liter air selama 30 menit. Selain iktu, kebersihan lahan harus diperhatikan dengan melakukan penyiangan secara berkala. Tanaman yang sakit segara dicabut dan dibakar.


7). Panen
pemanenan dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 60 hari dan polong menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :
  • Warna polong masih agak muda dan suram.
  • Permukaan kulitnya agak kasar.
  • Biji dalam polong belum menonjol.
  • Polongnya belum berserat serta bila dipatahkan akan menimbulkan bunyi meletup.

pelaksanaan panennya dapat dilakukan secara bertahap setiap 2 atau 3 hari sekali. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh polong yang seragam dalam tingkat kemasakannya. Pemetikan dihentikan pada saat tanaman berumur 80 hari atau kira-kira setelah dilakukan 7 kali panen.


Hasil pengamatan :
Bedengan 1
Bedengan 2
Buncis
Buncis
1. T#171 daun#43 k#1,3
1. T#152 daun#42 k#1,6
2. T#135 daun#35 k#1,1
2. T#139 daun#36 k#1,4
3. T#93 daun#27 k#1,2
3. T#115 daun#31 k#1,3


No comments:

Post a Comment